KOMPAS.com - Keterangan dokter pribadi Nunun Nurbaeti, tersangka kasus suap cek pelawat, yang saat ini sedang diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), menyebutkan bahwa Nunun menderita demensia. Mencuatnya kasus Nunun beserta klaim bahwa ia menderita demensia menjadikan penyakit degeneratif yang sebelumnya tak terlalu dikenal ini menjadi hangat diperbincangkan.
Padahal, Nunun bukanlah satu-satunya pesakitan yang menderita demensia. Sebelumnya, tersangka mantan Bupati Lombok Barat yang tersangkut kasus korupsi juga mengidap demensia. Mantan Presiden Soeharto juga didiagnosis demensia sehingga ia sama sekali tak datang ke pengadilan untuk diadili. Lalu apakah sebenarnya penyakit demensia itu?
Menurut dr.Irawati Hawari, ahli saraf dari RS.Permata Cibubur, demensia merupakan penurunan kemampuan intelektual yang progresif dari seseorang yang menyebabkan kemunduran fungsi kognitif dan juga fungsionalnya.
Penyakit lupa ingatan ini dapat dipicu oleh berbagai hal, misalnya faktor penuaan, penyakit Alzheimer (demensia Alzheimer), serta gangguan pembuluh darah di bagian otak (demensia vaksuler) seperti stroke, hipertensi, diabetes atau sumbatan pada pembuluh darah kecil.
Gangguan fungsi kognisi yang dialami penderita demensia tidak selalu berupa gangguan memori karena tergantung area otak mana yang terganggu. Misalnya, gangguan pada otak bagian depan dapat mengubah perilaku penderitanya.
Adapun, fungsi otak bagian samping untuk memori/mengingat dan otak bagian depan-bawah untuk kontrol diri. Otak depan bagian samping untuk proses berpikir, perencanaan, penilaian, dan berpikir abstrak. Otak depan bagian tengah untuk motivasi dan inisiasi.
"Pada umumnya pasien didiagnosa sudah pada demensia moderat. Penyakit ini bersifat progresif dan biasanya ingatan sulit dikembalikan. Obat-obatan hanya berfungsi untuk memperlambat perburukan penyakit saja," papar Ira ketika dihubungi Kompas.com.
Ia menambahkan, pasien yang menderita demensia berat biasanya tidak dapat melakukan kegiatan sehari-harinya sehingga perlu dibantu orang lain. "Yang paling berat adalah demensia Alzheimer karena perburukannya berjalan dengan cepat," imbuhnya.
Diagnosa pembanding
Pasien demensia, menurut Ira, bisa saja terlihat sehat-sehat saja secara fisik. "Tetapi begitu diajak bicara, baru ketahuan ada gangguan pada kemampuan berpikirnya," katanya.
Untuk mendiagnosa demensia, dokter biasanya akan melakukan diagnosa pembanding. "Pemeriksaannya mulai dari klinis sampai neuropsikoli untuk mengetahui status mentalnya. Kemudian ditunjang dengan pemeriksaan MRI untuk melihat seberapa besar kerusakan pada otak," paparnya.
Demensia pada dasarnya dapat dicegah sejak dini, antara lain cara memenuhi gizi yang baik sejak janin di kandungan sampai usia dewasa. Melakukan olahraga secara teratur juga merupakan cara efektif mencegah demensia. Karena dengan aktivitas fisik yang rutin menyebabkan peredaran darah di seluruh tubuh menjadi lancar sehingga bisa membawa zat-zat penting yang dibutuhkan otak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar